Kepiting Tapal Kuda : Sisa Kehidupan Jaman Purbakala

Kepiting Tapal Kuda sedang mendarat di pantai
-cdn2.arkive.org-

     Samudera seringkali memendam keanehan - keanehan yang belum sempat dipahami oleh sebagian besar umat manusia. Bahkan tidaklah berlebihan jika saya berkata bahwa lautan Indonesia itu sendiri juga menyimpan ribuan macam keanehan yang dapat mengejutkan siapa saja yang mengetahuinya. Setelah di kesempatan sebelumnya saya sempat membahas tentang penemuan ikan raja laut yang menggemparkan dunia, kini saya akan menjelaskan secara singkat tentang tetangga jauh ikan raja laut yang lebih umum ditemui di perairan Indonesia. Hewan yang juga berasal dari periode purbakala ini dikenal dengan nama "Kepiting tapal kuda".


Fossil hewan purba yang mirip dengan kepiting tapal kuda
-www.geocities.ws-

     Mungkin sepintas hewan ini menyerupai alien yang sedang menyerang suatu pantai. Hewan ini sepintas terlihat seperti perpaduan antara kepiting, kalajengking, dan laba - laba. Kepiting tapal kuda dalam Bahasa Inggris memiliki nama "Horseshoe crab". Disebut demikian karena bentuk karapas kepiting ini "melengkung" seperti sepatu kuda. Sebenarnya hewan ini tidak termasuk ke dalam bangsa kepiting (Brachyura), namun hewan ini memiliki bangsa tersendiri (Xiposhura) yang terpisah dari bangsa kepiting. Di Indonesia, hewan ini dikenal pula dengan nama "Belangkas", sedangkan di Jawa, hewan ini memiliki dua sebutan yang berbeda, yakni "Mimi" untuk hewan jantan dan "Mintuna" (baca:Mintuno) untuk hewan betina. Hewan ini termasuk hewan monogami, sehingga seringkali dijadian simbol keserasian dalam upacara pernikahan di masyarakat Jawa.

Invasi Alien ?
-www.nature.org-
     Secara taksonomis, hewan ini termasuk ke dalam Famili Limulidae, Ordo Xiposhura, Kelas Merostomata, Filum Arthropoda, Kingdom Animalia. Hewan ini telah dikenal hidup sejak 230 juta tahun yang lalu, dan spesies yang mirip dengan hewan ini telah dikenal hidup sejak 400 juta tahun yang lalu. Hal ini diketahui dari jejak - jejak penemuan fossil yang ditemukan pada rentang tahun tersebut. Hewan ini secara morfologis memiliki cangkang yang membulat di bagian depannya, dengan cangkang yang berduri di bagian belakangnya, serta memiliki ekor yang panjang dan lancip. Jika dibalik, hewan ini memiliki kaki menyerupai laba - laba dengan capit kecil. Di bagian perutnya, hewan ini memiliki kaki yang menyerupai buku-buku insang. Satu lagi keanehan yang dimiliki oleh hewan ini adalah bahwa hewan ini memiliki sembilan buah mata. Sepasang mata utama di sisi badannya digunakan untuk melihat dan sepasang mata pembantu di depan karapasnya berfungsi sebagai reseptor (penerima rangsang) cahaya yang dapat mendeteksi cahaya tampak dan ultraviolet. Tiga mata pembantu lainnya terdapat di karapasnya, sementara sepasang mata pembantu lain berada di dekat mulutnya.

     Kepiting tapal kuda memiliki empat spesies yang hidup hingga saat ini, dimana tiga dari empat spesies itu ditemukan di perairan Indonesia. Spesies pertama adalah Carcinoscorpius rotundicauda atau lebih dikenal sebagai "Mangrove Horseshoe Crab" karena memang hewan ini lebih menyukai daerah hutan bakau sebagai tempat pendaratannya. Kepiting tapal kuda terkecil ini hanya bisa ditemukan di Asia Tenggara. Kepiting tapal kuda dari jenis ini mempunyai cangkang yang bagian depannya membulat lebih menyerupai huruf "w", dengan duri - duri di badannya yang pendek dan ekor yang berbentuk bulat dan panjang. 

Belangkas Bakau / Mangrove Horseshoe Crab (Carcinoscorpius rotundicauda)
-c2.staticflickr.com-
     Spesies kedua adalah Tachypleus gigas atau dalam Bahasa Inggris bernama "Coastal Horseshoe Crab". Kepiting tapal kuda dari spesies ini lebih memilih untuk mendarat di pantai yang terbuka dan berpasir. Kepiting tapal kuda dari jenis ini memiliki bentuk yang lebih membulat dibandingkan dengan jenis sebelumnya, dan dengan duri di bagian badan yang lebih panjang. Ekor dari kepiting tapal kuda jenis ini juga berbentuk segitiga dan memiliki ujung yang lebih runcing. Kepiting tapal kuda ini dapat ditemukan di wilayah Asia Timur hingga Asia Tenggara.

Belangkas Pantai / Coastal Horseshoe Crab (Tachypleus gigas)
-c1.staticflickr.com-

     Spesies ketiga adalah Tachypleus tridentatus atau dalam Bahasa Inggris disebut dengan "Chinese Horseshoe Crab". Seperti namanya, kepiting tapal kuda jenis ini umum ditemukan di wilayah perairan China dan sekitarnya. Namun tidak terbatas di wilayah itu saja, kepiting tapal kuda jenis ini juga ditemukan di wilayah Asia Tenggara seperti Thailand, Filipina, Malaysia, dan Indonesia. Dibandingkan dengan kepiting tapal kuda sebelumnya, kepiting tapal kuda dari jenis ini memiliki warna yang lebih mencolok. Selain itu, kepiting ini memilki duri yang mencuat di karapasnya.

Belangkas Cina / Chinese Horseshoe Crab (Tachypleus tridentatus)
-farm4.static.flickr.com-

     Spesies terakhir adalah Limulus polyphemus atau di dalam Bahasa Inggris dikenal dengan nama "Atlantic Horseshoe Crab". Kepiting tapal kuda jenis ini tidak ditemukan di perairan Indonesia, karena persebaran kepiting tapal kuda jenis ini adalah di Atlantik Utara hingga Teluk Meksiko. Spesies ini memiliki cangkang yang membulat, namun lebih landai daripada ketiga spesies lainnya.  Ekor dari kepiting tapal kuda jenis ini juga berbentuk segitiga dengan duri-duri kecil di sepanjang ekornya.

Atlantic Horseshoe Crab (Limulus Polyphemus)
-cdn1.arkive.org-

     Kepiting tapal kuda merupakan hewan yang aktif di malam hari. Hewan ini akan merambah pantai untuk mencari cacing, kerang, maupun alga untuk dimakan. Kepiting tapal kuda juga akan memakan bangkai apabila tersedia bangkai yang tersapu ke pinggir pantai. Pada bulan -bulan tertentu, hewan ini akan mendarat di pantai dengan jumlah yang sangat besar untuk melakukan pemijahan. Hewan betina akan menggali lubang di pasir yang kemudian akan dibuahi oleh hewan jantan. Hewan betina dapat menelurkan antara 2000 hingga 20.000 butir telur dalam satu masa kawin. Telur yang telah terbuahi akan tetap berada di pantai hingga menetas menjadi larva. Ketika air pasang, larva tersebut akan terbawa air ke dalam lautan. Larva yang masih melayang - layang di air tersebut kemudian akan berkembang menjadi anakan kepiting tapal kuda. Kepiting tapal kuda termasuk hewan yang lama masa pertumbuhannya, karena kepiting ini bisa melakukan pemijahan setelah usianya 11 tahun. Lama usia kepiting tapal kuda diperkirakan antara 20 - 40 tahun. Di Indonesia, Kepiting tapal kuda dilindungi dalam PP No.7 Tahun 1999 dan termasuk ke dalam Appendiks II CITES. Sedangkan menurut IUCN, tiga spesies pertama yang saya jelaskan (C. rotundicauda, T. gigas, T. tridentatus) memiliki status konservasi DD (Data Deficient), sedangkan spesies terakhir yang saya jelaskan (Limulus polyphemus) memiliki status konservasi NT (Near Threatened).

Further Reading :
Arkive - Horseshoe crab
Wikipedia - Horseshoe crab
Wild Singapore - Horseshoe crab (Limulidae) on the Shores of Singapore


Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Stonefish : Ikan Paling Beracun yang Pernah Ada

Kenali Jenis - Jenis Ikan yang Juga Memiliki Perilaku "Mudik"