Portuguese Man-of-Wars : Ternyata Bukan Ubur-ubur

Portuguese Man-of-Wars
-www.onelyfe.com-
   Nǐ hǎo !

    Pada kesempatan ini saya akan sedikit memberikan penjelasan mengenai "sesosok" makhluk penghuni lautan yang sangat menarik untuk dipelajari. Makhluk ini tergabung ke dalam Filum Cnidaria di dalam tingkatan taksonomi. Melihat sekilas saja, mungkin anda bisa dibuat percaya bahwa makhluk sekecil ini mampu memberikan sengatan yang dapat melukai manusia secara serius. Belum jelas apa sebutan makhluk ini di dalam Bahasa Indonesia, jadi di sepanjang tulisan berikut ini, saya akan memakai nama Inggris makhluk ini di dalam penjelasannya.


Menyerupai kapal perang Portugis yang sedang berlayar
-kgov.com-
     Portuguese Man-of-Wars secara taksonomis memiliki klasifikasi ilmiah sebagai berikut : 

Biota> Animalia (Kingdom)> Cnidaria (Filum)> Hydrozoa (Kelas)> Siphonophorae (Ordo)> Physaliidae (Famili)> Physalia (Genus)> Physalia physalis (Spesies).

     Hewan ini memperoleh namanya dari bentuk tubuhnya yang menyerupai "Man of War", kapal perang Portugis di abad ke 18. Baik dalam nama Inggrisnya maupun nama dari bahasa lain, hewan ini disebut dengan nama yang memiliki arti yang sama. Hanya saja sebutan dari Bahasa Indonesia masih belum ada. Selain itu, hewan ini jga disebut sebagai "Bluebottle" dalam Bahasa Inggris karena warna tubuhnya yang berwara biru dan transparan. Hewan ini tersebar di semua perairan tropis dan subtropis di dunia, dan dapat ditemukan di lautan lepas hingga di pinggir-pinggir pantai. Hewan ini merupakan hewan yang berkoloni dan satu koloni dapat terdiri hingga ribuan hewan.

Hewan ini sangan umum dijumpai dalam jumlah yang masiv
-travel.nationalgeographic.com-
    Mungkin bagi orang awam, hewan ini akan disalahartikan sebagai seekor ubur - ubur. Nyatanya, hewan ini bukanlah termasuk ke dalam keluarga ubur - ubur, melainkan termasuk ke dalam Siphonophore. Bahkan secara mengejutkan, organisme ini bukanlah "seekor" hewan melainkan gabungan dari "beberapa ekor" hewan yang tergabung menjadi satu. Secara umum, hewan ini terdiri atas empat koloni hewan (selanjutnya kita sebut polip) yang memiliki fungsi yang berbeda - beda.

Hewan ini memiliki warna yang beragam
-life-sea.blogspot.com-
     Polip yang pertama adalah gelembung udara atau secara ilmiah disebut dengan "Pneumatophore". Kantung udara ini memiliki ukuran antara 9 - 30 cm dengan kira - kira setengah bagiannya akan muncul ke permukaan air. Kantung udara ini umumnya berwarna biru, meski ada pula yang berwarna ungu dan pink. Kandungan udara di dalam kantung udara hewan ini terdiri atas gas - gas atmosfer, seperti karbon monoksida yang menyumbang sekitar 14% dari total gas yang ada di dalamnya, Argon, Nitrogen, Oksigen, dan Karbon Dioksida dengan kadar yang sangat rendah. Hewan ini menggunakan kantung udara ini untuk berpindah tempat dengan bantuan angin. Sehingga ketika badai datang, maka hewan ini akan ditemukan tersapu hingga ke bibir pantai. Kantung udara hewan ini juga harus tetap basah, karena jika kantung udara ini kering, hewan ini akan mati. Maka untuk menjaga agar kantung udaranya tidak kering, hewan ini akan mencelupkan kantung udaranya ke dalam air sewaktu - waktu.

Mempunyai kemampuan menyengat meski sudah mati
-i.telegraph.co.uk-
     Polip yang kedua adalah tentakelnya atau dalam bahasa ilmiah disebut dengan "dactylozooid". Tentakel hewan ini tipis, namun panjangnya dapat mencapai 50 meter, namun panjang tentakel yang umum ditemukan hanya sekitar 10 meter. Tentakel ini bukanlah alat pergerakan dari hewan ini, namun berfungsi sebagai alat untuk mencari makan dan mempertahankan diri. Tentakel hewan ini dipenuhi racun yang ia gunakan untuk membunuh mangsanya yang kebanyakan adalah ikan - ikan kecil dan udang - udangan. Racun yang dikeluarkan oleh tentakel ini juga dapat menimbulkan luka yang serius pada manusia. Sengatan hewan ini dapat memberikan bekas luka menyerupai luka bakar yang meninggalkan bekas kemerahan di kulit manusia. Meskipun sengatannya terkenal sangat menyakitkan, kematian yang disebabkan oleh hewan ini memiliki kemungkinan yang sangat kecil. Meski demikian, ternyata hewan yang ditemukan mati di pinggir pantai juga masih bisa menyengatkan racun yang sama dengan hewan yang masih hidup. Bahkan tentakel yang telah terlepas dari badan hewan ini pun masih bisa menyengatkan racun.
Glauchus atlanticus memangsa Portuguese Man-of-Wars
-cdn2.arkive.org-
     Kedua polip lain dari hewan ini adalah gonozooid yang berfungsi sebagai alat reproduksi, dan gastrozooid yang berfungsi sebagai alat pencernaan. Polip yang berfungsi sebagai alat pencernaan akan mengeluarkan enzim yang mampu memecah karbohidrat, protein, dan lemak dari mangsanya. Hewan ini juga banyak dijadikan mangsa oleh hewan laut lain, seperti penyu. Kulit penyu yang tebal terbukti membuat penyu menjadi kebal terhadap sengatan hewan ini. Ikan Mola mola juga menjadikan hewan ini sebagai makanannya. Selain itu, hewan yang lebih kecil seperti Glauchus atlanticus dari kelompok Nudibranch juga memangsa hewan ini secara berkelompok.

Further reading :

Comments

  1. Saya pernah kesengat di pantai rancabuaya, rasanya waduh sakit ga kebayang

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Moorish Idol : Populer di Kalangan Hobiis

Kenali Jenis - Jenis Ikan yang Juga Memiliki Perilaku "Mudik"

Cumi, Sotong, dan Gurita : Satu Keluarga Beda Rupa